Kertagosa Balai Peradilan Kuno, di Semarapura, Klungkung

>> Tuesday, June 29, 2010

Ketika memasuki kompleks Kertagosa, saya terpukau melihat tempat peninggalan masa lalu ini. Dibangun pada tahun 1710 ketika I Dewa Agung Jambe memerintah kerajaan Klungkung., merupakan kompleks pengadilan dari kerajaan terhadap pelaku kejahatan di dalam masyarakat setempat.
Letaknya persis di tengah kota Semarapura, ibukota Kabupaten Klungkung yang jaraknya sekitar 45 km dari Denpasar. . Lokasinya berhadap hadapan dengan pasar Klungkung dan berada di jalan utama kota.

Ada 2 bangunan yang menarik perhatianku yaitu Bale Kambang yang terletak di kolam air (Taman Gili) dan Balai Kertagosa. Keduanya memiliki langit-langit yang unik dan dihiasi oleh lukisan wayang Kamasan. menceritakan kharma pala yang berhubungan dengan hukuman akan kejahatan-kejahatan.
Balai Kambang dikelilingi oleh taman air yang seolah mengambang di atas kolam yang asri. Sangat anggun.

Saya sangat mengagumi lukisan dan arsitek bangunan yang menyatu dengan alam. Ini adalah sebuah karya nenek moyang yang menjadi bukti kejayaan budaya masa silam.

Di kompleks Kertagosa juga terdapat sebuah museum yang menyajikan benda-benda bersejarah tentang kerajaan Klungkung dari masa lalu hinggu Kabupaten Klungkung memasuki masa modern.

Ketika memasuki kompleks pengunjung harus memakai sarung. Tidak heran kalau Kertagosa adalah salah satu ikon wisata Bali.

Read more...

Perang Pandan di Desa Tenganan

>> Saturday, June 26, 2010

Seru dan unik. Itulah kata-kata yang bisa menggambarkan pendapatku untuk suatu acara tradisi yang tadi sore aku saksikan di Desa Tenganan, 3 km dari Candidasa, Kabupaten Karangasam, dan sekitar 65 km dari Denpasar. Desa Tenganan termasuk salah satu desa Bali Aga, yaitu desa-desa dengan masyarakat yang masih memegang tradisi kuno.

Dalam ritual ini sekelompok pria, saling mencoba melukai satu sama lain dengan daun pandan berduri. Walau dilengkapi dengan perisai anyaman ata, badan-badan mereka tidak luput dari luka luka.
Bunyi musik tradisional menambah semangat mereka untuk mencoba menyerang satu sama lain. Semua dilakukan dengan tanpa rasa amarah, malah dibumbui canda tawa. Para penengah akan segera melerai apabila sudah mulai emosional atau mulai masuk ketingkat yang berbahaya. Yang lebih penting adalah pandan tidak boleh diarahkan ke wajah.  Dalam pertarungan ini tidak ada yang menang atau kalah.  Semuanya dalam suasana persahabatan.

Perang pandan adalah ritual tarian mekare-kare yang pada dasarnya adalah upacara untuk Dewa Indra yang merupakan Dewa Perang, untuk menjaga keselamatan desa dan juga mungkin ada hubungannya  dengan pengorbanan darah. Acara ini hanya bisa disaksikan di desa ini, dua hari berturut turut. Awalnya ada persiapan, termasuk persembahan di pura, pemotongan pandan dan makan bersama. Acara perang pandan di mulai pukul 2 siang, dan pihak luar boleh bergabung selama memakai pakaian tradisional sarung dan topi. Sebelum perang dilaksanakan, tuak di tuang ke tanah. Suara teriakan dan tawa menghidupkan suasana. Sekitar jam 4 sore, acara selesai dan dilanjutkan dengan mengolesi luka dengan ramuan rempah dan diikuti makan bersama di balai perkumpulan. Semuanya berjalan damai dan menikmati suasana yang lebih mirip perayaan.

Karena jadualnya hanya sekali setahun dan waktunya di bulan Juni, informasi kapan lagu acara tersebut bisa di cek di http://www.karangasemtourism.com/. Bagi penyuka fotografi, acara ini selalu menjadi atraksi yang menarik dan mengundang walaupun lokasinya lumayan jauh di desa Tenganan.

Read more...

Scuba Diving di Amed

>> Sunday, June 20, 2010


National Geographic jadi nyata. Itulah perasaanku ketika melayang diatas karang laut di kawasan Pantai Amed. Keinginan untuk melakukan selam scuba sudah lama muncul dan baru terlaksana pada akhir minggu lalu. Ini adalah selam yang pertama bagiku.
Aku dengan beberapa teman memilih Atlantis Internasional yang masuk PADI 5star. Karena tidak memiliki sertifikat penyelam, aku mengambil Introduction Dive course, yang lamanya 1 hari, dengan biaya USD 120, termasuk transportasi ke pantai Amed, makan siang, kursus singkat dan 2 kali sesi selam.
Pantai Amed menjadi nirwana bagi penyuka selam. Karang2 dan flora dan fauna berwarna warni dan karena kedalaman dan ketenangan airnya, sangat ideal bagi pemula. Pantai Amed berada di sisi Timur Laut Bali, di Kabupaten Karangasem. Rombongan berangkat dari Sanur (Kantor Atlantis) jam 7.30 pagi, dan tiba di Amed Jam 10.30.
Setelah istirahat setengah jam, aku mengikuti latihan menggunakan scuba di kolam renang selama setengah jam. Pada dasarnya harus tetap tenang dan jangan panik bila tidak balance.
Selanjutnya kita langsung ke pantai dan memulai selam. Di dalam laut, aku menikmati keindahan karang dan ikan yang menurutku lebih indah bila dibandingkan dengan snorkling. Pada selam sesi pertama, ada perasaan tegang sehingga perhatian terhadap pemandangan agak kurang. Aku lebih berpusat bagaimana mengurangi rasa ketegangan dan masih terasa was-was.
Dalam sesi kedua setelah makan siang, kami menyelam dikawasan piramid, dan aku lebih bisa mengontrol diri dan menikmati keindahan alam. Detail-detail karang yang bergerak gerak seolah bernafas dan ikan ikan yang seolah menari nari di
depanku. Kita melihat penyu yang berenang, ikan trompet, ikan badut, udang dan lobster. Ada beberapa ikan dengan bentuk dan warna yang cerah dan memancarkan cahaya. Spektakuler, seperti menonton tarian massal dengan latar belakang karang dan gelembung udara. Sangat mencerahkan hati dan jiwa, dan susah mengungkapkan kata.


Sesi kedua berakhir ketika tekanan udara tinggal 50 bar yang menunjukkan tingkat waspada.
Kini menyelam menjadi salah satu hal yang mungkin akan aku lakukan secara berkala.
Indonesia adalah negeri dengan kekayaan dan keindahan laut terkaya di dunia. Orang asing berbondong2 datang untuk menikmatinya dan alangkah sayangnya kalau kita menyianyiakan kesempatan yang ada.

Read more...

Danau Buyan, Kabupaten Bangli

>> Saturday, June 19, 2010

Ketika pulang dari Singaraja 2 minggu lalu, aku sempat singgah di Danau Buyan, yang letaknya tidak jauh dari Danau Bratan, Bedugul. Sebenarnya ada juga Danau Tamblingan yang berada didaerah tersebut tapi tidak kami lewati. Danau ini sebenarnya termasuk salah satu kawasan wisata, tapi ternyata sangat sepi dari pengunjung, Hanya ada beberapa orang yang memancing di beberapa anjungan yang dibuat untuk itu.



Dari beberapa referensi Danau ini menunjukkan penurunan jumlah air yang cukup nyata. Bangunan Pura Ulun Danu untuk memuja pemelihara danau menjulang tinggi dan cukup menarik untuk difoto. Walaupun tidak terlalu berkesan, senang rasanya berada di danau yang terlihat damai tersebut.

Read more...

Pura Luhur Uluwutu dan Tarian Kecak Ditepian Samudra Indonesia

>> Sunday, June 13, 2010

Pura Luhur Uluwatu berada di Selatan pulau Bali di sudut yang mengarah ke barat daya. Dibangun pada abad ke 11, dan dianggap sebagai Pura ini berdiri gagah diujung tebing karang ditepian Samudra Indonesia, menyatu dengan pemandangan spektakuler di sekitarnya.

Dianggap sebagai pura kayangan jagat, yang menjaga pulau dari gangguan luar, pura ini menjadi salah satu tempat yang wajib dikunjungi wisatawan yang datang ke Bali. Pura hanya dapat dilihat dari sisi barat dan timur dan untuk mengunjunginya, diwajibkan memakai sarung dengan ikatan selendang. Di sekitar pura, banyak pepohonan dengan kera kera jinak, namun hati-hati karena barang-barang anda bisa dicuri. Memandang laut lepas dan tebing di pantai Nyang Nyang, sangat menenangkan hati dan pengalaman tak terlupakan.
Untuk ke Uluwatu, jalan terbaik melalui By Pass Ngurah Rai, terus belok ke arah Jimbaran, dan langsung ambil ke arah Selatan menuju Uluwatu, melewati GWK dan Pecatu Resort. Jaraknya kira2 1 jam dari Kuta.

Kemaren aku tiba jam 5 sore, dan setelah melihat pura, aku menuju arena pertunjukan tari kecak. Pengunjung sudah hampir penuh ketika aku datang, dan biaya tiket masuk Rp 70.000. Tarian Kecak, dengan sisipan drama cerita Ramayana, merupakan tayangan spektakuler, dengan samudera indonesia dan pura Uluwatu menjadi latar belakangnya. Pada bagian akhir tarian, cukup menghibur karena kelucuan Hanoman dan 2 raksasa. Ketika bola bola api beterbangan, suasana sangat mengesankan dan spektakuler.

Read more...

Puri Agung Singaraja.. Kediaman Para Bangsawan

>> Thursday, June 10, 2010

Secara tidak sengaja aku membaca ulasan singkat tentang rumah ini dalam suatu halaman intenet di kawasan Singaraja. Ternyata rumah tersebut searah dengan tujuan kami.dari Singaraja ke Denpasar via Bedugul. Alamatnya di Jalan Mayor Metra, dan merupakan rumah yang ditinggali oleh keluarga keturun raja Buleleng.

Ketika memasuki puri ini, aku sedikit ragu ragu dan ketika disapa seorang pria yang sedang mengajari putranya bermain layangan, kami dipersilahkan masuk ke pekarangan. Di hadapan kami ada 4 bangunan, tetapi yang menarik perhatian, adalah 3 diantaranya, karena disini bisa dilihat berbagai perabot, lukisan, foto foto milik keluarga raja. Yang menarik perhatianku adalah sebuah mesin ketik yang ternyata dimiliki oleh salah seorang keturunan raja yang berjasa membuka kawasan Lovian sebagai kawasan wisata, dan tulisan tulisan beliau lah yang menjadi bahan promosi tujuan wisata terpenting di Singaraja tersebut. Tidak diketahui apakah bisa masuk ke dalam rumah, tetapi mengambil foto2 di beranda tersebut cukup lah. Waktu yang tersedia juga tidak banyak.

Read more...

Pura Ulun Danu, Bedugul

>> Thursday, June 3, 2010

Berada di danau Bratan, dengan latar belakang pemandangan yang hijau, menurut aku ini adalah satu pura yang paling fotogenik di Bali. Aku sudah beberapa kali ke tempat yang merupakan salah satu titik tujuan wisata utama di Bali ini, dan pesonanya selalu terasa kuat.
Di daerah Bedugul, ada tiga danau utama yaitu, danau Tamblingan, danau Buyan dan danau Bratan. Pura Ulun Danu berada di tepian danau Bratan. Dianggap sebagai pura yang terpenting di Bali setelah Pura Besakih, pura ini adalah ibu dari pura-pura yang berhubungan dengan air di dataran yang lebih rendah di sekitarnya.
Pura Ulun Danu yang jaraknya sekitar 44 km dari Denpasar mudah dijangkau (sekitar 1.5 jam karena jalan berliku-liku). Pura ini dibangun oleh Raja Mengwi tahun 1633 untuk memuja Batari Dewi Danu, pemelihara sungai dan danau. Ada beberapa kawasan pura yang khusus digunakan untuk upacara, dan pada saat tersebut, pura ini dipenuhi oleh masyarakat berbaju adat dengan aneka sesajen.

Read more...

About This Blog

  © Blogger template Simple n' Sweet by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP